Selasa, 17 Januari 2012

Memilih Investasi di Saat Krisis

Krisis di depan mata. Perkiraan Bank Indonesia, imbas tahun depan krisis global akan makin terasa. Apalagi sekarang, sudah US$ 4,7 miliar dana asing ditarik keluar.

Setelah lewat saluran pasar keuangan, krisis biasanya akan masuk lewat saluran sektor riil. Lemahnya daya beli di negara mitra dagang Indonesia membuat ekspor kita mengalami hambatan. Berarti, Indonesia sedang menanti datangnya efek negatif lebih dalam dari krisis yang sedang terjadi di kawasan global.

Bagaimana menyikapinya?
Ada nasihat klasik yang tak ada ruginya jika dijalankan. Yakni, sikapi situasi dengan tenang. Mulailah menghitung langkah apa yang harus dilakukan dengan tepat. Yang terpenting, amankan nilai aset atau uang dalam genggaman sekarang.

Persiapan diawali dengan mulai menghitung nilai uang sekarang (present value) dan nilai uang akan datang (future value), yang sudah menjadi rumus umum. Simulasinya seperti ini:

Asumsikan saat ini ada uang lebih di tabungan sebesar Rp 5.000.000. Katakanlah inflasi tahun depan sama dengan tahun ini yaitu 6 persen (0,06).  Jika tidak diinvestasikan, tahun depan nilai dana tersebut setara dengan nominal uang sekarang dikurangi nilai inflasi. Hasilnya adalah Rp 4.700.000.

Seandainya diinvestasikan, pertama-tama yang harus dihitung adalah nilai uang sekarang yang dipengaruhi oleh suku bunga, atau bahasa lainnya biaya memegang uang. Katakanlah suku bunga yang ditawarkan atau berlaku 10 persen.

Nilai uang sekarang atau yang biasa disebut present value adalah nominal uang sekarang atau Rp 5.000.000 dibagi dengan 1,1 (1 ditambah suku bunga:  0,1). Hasilnya: Rp 4.454.455. Sedangkan untuk mencari nilai mendatang atau future value, maka present value dikali dengan 1,1. Hasilnya, Rp 5.000.000, walaupun secara nominal besarnya lebih dari itu.

Suku bunga hasil simulasi ini (silakan coba-coba) bisa digunakan sebagai patokan dalam memilih instrument investasi. Intinya, suku bunga yang ditawarkan harus lebih dari suku bunga patokan tersebut. Mari lihat sejumlah instrumennya:

Saham
Instrumen yang satu ini biasanya langsung terimbas negatif jika ada krisis. Pada akhir perdagangan periode 2008 ketika krisis keuangan mencapai puncaknya, indeks harga saham gabungan terkoreksi mencapai 51 persen. Seandainya punya nyali bermain di instrumen ini, sebaiknya diperhatikan sektor-sektor yang memiliki daya tahan lumayan kuat.

Saat ini, industri dengan orientasi domestik cukup kokoh dibandingkan industri lainnya. Sebagai contoh, peternakan, bank, asuransi, rumah tangga, dan pertanian. Sehingga, imbas krisisnya kemungkinan kecil dan yang penting cepat pulih. Namun, industri yang berbasis ekspor seperti pertambangan, sangat rentan mengingat rasio ekspornya sangat tinggi.

Surat utang
Instrumen ini juga layak diperhatikan. Biasanya, pemerintah menerbitkan surat utang untuk menutup kebutuhan kas jangka pendek, membiayai defisit anggaran, atau untuk mengelola portofolio utang negara. Agar menarik, suku bunga yang ditawarkan di atas suku bunga yang berlaku. Investasi ini bebas risiko gagal bayar lantaran penerbitnya adalah negara. Pada tahun 2008, di tengah krisis itu, imbal hasil yang ditawarkan rata-rata di atas 10 persen. Lumayan.

Reksadana
Sebegai instrument moneter, senjata ampuh yang digunakan Bank Indonesia untuk menghadapi tekanan adalah suku bunga. Indikator ini perlu diintip karena potensial memberikan keuntungan melalui reksadana yang ditempatkan di pasar uang.

Emas
Secara agregat tahunan, betul emas memberikan nilai lebih. Walau relatif tahan terhadap gejolak, tingkat keuntungannya tak selalu sesuai harapan. Belajar dari tahun 2008 yang agak mirip dengan sekarang, harga emas di pasar internasional yang dilansir Kitco,  pada tahun itu naik 42 persen (patokan harga awal Januari) dibandingkan tahun sebelumnya. Namun kalau beli Desember 2007 dan jual Desember 2008, nilai lebihnya hanya 5 persen, dari USD 829,00 per troy ounce (sekitar 31 gram) jadi USD 869,75.

Dan pada Januari 2009, turun 0,4 persen dibanding periode sama sebelumnya, atau dari USD 923,25 menjadi USD 919,50. Sementara Desember ke Desember naik 25 persen. Karena itu, agar tetap dapat untung maksimal, perhatikan waktu antara membeli dan rencana menjual.

Hal penting lainnya, jangan tempatkan dana pada satu instrumen investasi seperti menyimpan telur dalam satu keranjang. Sekali jatuh, pecah semua. Sebaiknya tempatkan dana pada beberapa instrumen agar aman atau tidak pada satu emiten di bursa saham.

Perlu juga digunakan patokan besaran dana yang diinvestasikan pada satu instrumen. Dengan nilai “X” rupiah yang dipatok untuk belanja investasi, misalnya pada saham, berarti membeli sedikit di saat naik dan membeli banyak di saat turun. Jangan mudah tergiur.

Namun pada akhirnya, putuskan yang nyaman dan aman bagi Anda.

Oleh Herry Gunawan


Herry Gunawan jadi wartawan pada 1993 hingga awal 2008. Sempat jadi konsultan untuk kajian risiko berbisnis di Indonesia, kini kegiatannya riset, sekolah, serta menulis.

Minggu, 15 Januari 2012

Di Inggris Jumlah Mualaf Meningkat Pesat

VIVAnews.com - Jumlah pemeluk Islam di Inggris meningkat dua kali lipat 
dalam sepuluh tahun terakhir. Ribuan warga di Inggris setiap tahun 
mempelajari Islam dan selanjutnya menjadi mualaf.

Demikian menurut harian The Independent, Selasa 4 Januari 2011, berdasarkan 
survei beberapa badan sensus di kerajaan itu. Mereka terdiri dari badan 
swasta mandiri, karena badan sensus pemerintah Inggris tidak memiliki data 
apakah seseorang memeluk agama sejak lahir atau pindah agama.

Salah satu badan tersebut adalah Faith Matters, sebuah badan pemikir Islam 
di Inggris. Badan ini memperkirakan jumlah warga Inggris yang pindah 
keyakinan menjadi Muslim sejak satu dekade silam telah mencapai 100.000 
orang.

Angka itu jauh lebih besar dibanding proyeksi sebelumnya, yaitu antara 
14.000 sampai 25.000 jiwa. Setiap tahun, menurut badan ini, sedikitnya 
5.000 orang menjadi mualaf.

Sementara itu suatu lembaga survei di Skotlandia mengungkapkan bahwa pada 
2001, diperkirakan terdapat 60.699 warga Inggris beragama Muslim. Badan ini 
memperkirakan sebanyak 5.200 warga pindah ke Islam dalam setahun. Sedangkan 
menurut penelitian di Jerman dan Prancis, diperkirakan angka pemeluk Islam 
di Inggris setiap tahunnya adalah 4.000 orang.

Survei beberapa badan tersebut menunjukkan perbedaan jumlah. Namun, 
Direktur Faith Matters, Fiyaz Mughal, mengatakan bahwa perbedaan angka ini 
biasa terjadi karena menghitung jumlah umat yang berganti agama itu sangat 
sulit.

“Laporan ini adalah perkiraan angka yang terbaik berdasarkan jumlah sensus, 
data pemerintahan lokal, dan survei di mesjid-mesjid,” ujar Mughal.

Jumlah pemeluk Islam di Inggris terus bertambah dari tahun ke tahun 
walaupun berita miring tentang Islam masih terus bertebaran. Mughal 
menjelaskan justru inilah yang menjadi salah satu pemicu banyaknya orang 
yang memeluk Islam. Banyak dari para pemeluk penasaran dengan apa itu Islam 
dan mulai mempelajarinya.

“Warga tertarik untuk mencari tahu apa itu Islam dan ketika mereka 
menemukan kenyataan yang berbeda dari yang mereka kira, sebagian tidak 
peduli namun sebagian lagi menyukai apa yang mereka temukan dan 
memeluknya,” ujar Mughal.

Menurut data pemerintah Inggris, sekitar dua juta warga beragama Islam atau 
tiga persen dari total populasi. Umat Islam merupakan kelompok jemaah 
non-Kristiani terbesar di Inggris.



Kunjungi juga :







  •