Senin, 26 Desember 2011

Inggris Realisasikan Sistem Keuangan Syariah

 


KALAU sempat melawat ke Inggris, mampirlah ke Edgware Road. Lokasi ini merupakan bagian dari pusat Kota London. Penduduk di Edgware kebanyakan berasal dari Arab dan Pakistan. Di tempat inilah, grup perbankan HSBC membuka kantor cabang bersistem syariah yakni HSBC Amanah.
 
Ketimbang negara-negara Eropa lainnya, Inggris paling dulu merealisasikan sistem keuangan syariah. Awalnya adalah kelimpahan dana dari negara-negara Timur Tengah saat harga minyak bumi meroket pada sekitar 2000-an. Jadilah, Inggris bersiap diri untuk mengolah dana ini.

Dalam catatan, jumlah penduduk London pada 2005 berada di angka 7,4 juta jiwa. Total penduduk Inggris sebanyak 60 juta orang. Dari jumlah itu, 1,8 juta jiwa beragama Islam. Pemerintah berikut industri perbankan Inggris melihat kenyataan ini sebagai pasar yang potensial.

Kekompakan pemerintah dan industri perbankan memang berbuah. Paling tidak, bank ritel macam Lloyds TSB sudah menyediakan produk-produk berbasis syariah seperti tabungan serta pinjaman untuk pembelian rumah. Lloyds TSB adalah bank kelima terbesar di Inggris.

Fakta menarik disampaikan oleh Noor Ur Rahman Abid yang juga Managing Partner Assurance & Advisory Services Ernst & Young Middle East pada Februari tahun ini. Menurut Noor, di Inggris empat hal bergandengan erat untuk memajukan perbankan syariah. Mereka adalah peran pemerintah, pengembangan institusi, aturan yang memungkinkan, serta pengembangan dan proses pembelajaran yang terus-menerus.

Sementara, masih menurut Noor, hingga 2013, investasi berbasis syariah di dunia bakal mencapai 1 triliun dollar AS. Di samping itu, terang Noor, kelimpahan minyak membuat di Timur Tengah terdapat dana High Net Worth Individual (HNWI) yang melampaui 1,4 triliun dollar AS. Juga, ada investasi Sovereign Wealth Fund (SWF) di atas 2 triliun dolar AS.

Selanjutnya, dari total angka itu, 15 persennya dialokasikan untuk transaksi menggunakan sistem keuangan Islam (Islamic transactions). Terus, 15 persen dari jumlah dana itu bernilai 500 miliar dollar AS.

Jika dihitung, dana sebesar inilah yang dapat dijadikan peluang bagi sistem syariah untuk terus-menerus dikelola. Tidak berhenti sampai di situ, boleh dibilang, pemerintah Inggris, khususnya, doyan berpromosi untuk menempatkan London sebagai pusat keuangan internasional pula. Dari situlah, produk-produk berbasis syariah, terlebih bagi warga Muslim Eropa, didorong ke garis depan.

Tiada tanggung-tanggung, pemerintah Inggris berani menghilangkan pajak ganda dalam akad murabahah atau akad jual beli yang mengutamakan kesepakatan antara tempat harga dan keuntungan antara penjual dan pembeli. Kebijakan ini membuat produk-produk syariah memiliki nilai kompetitif.

Pemerintah Inggris pun mereformasi peraturan demi mendukung perkembangan sukuk (obligasi syariah) yang kini tumbuh pesat. Jauh hari sebelum transaksi terjadi, pemerintah Inggris membuat aturan yang bersahabat bagi transaksi keuangan syariah. Langkah lainnya, melalui Financial Services Authority (FSA) atau lembaga pembuat regulasi dan pengawas sistem perbankan dan keuangan di Inggris  sebagai regulator,  memberi kemudahan sekaligus melakukan efisiensi bagi sistem keuangan Islam.

Sampai sekarang, di Inggris, terdapat tiga bank yang beroperasi penuh sebagai bank syariah dan satu perusahaan takaful. Selain itu, semua perusahaan hukum bisa menangani perkara dalam praktik keuangan Islam. Dengan segala potensi ditinjau dari sisi finansial, sosial, ekonomi serta regulasi, ada sebuah peluang besar bagi pertumbuhan yang tinggi.

Pertumbuhan yang pada ujungnya memberi manfaat bagi konsumen, sekaligus mendorong Inggris pada umumnya dan London pada khususnya, berposisi sebagai pusat keuangan Islam yang andal. (styephus Primus, dari berbagai sumber)

Eropa Serukan Syariah Islam Hadapi Krisis Keuangan


dakwatuna.com - Sebuah majalah ekonomi terbesar di Eropa mengajak negara-negara sekular -negara yang memisahkan antara agama dari kehidupan- untuk menerapkan syari’ah Islam dalam bidang ekonomi sebagai solusi manjur dalam menepis dampak dari sistem Kapitalis yang berpangku pada spekulasi pasar dan bisnis yang tidak riil.
Lebih berani dan tegas lagi, Rolan Laskin, Pemimpin Majalah “Jurnal Finansial” itu dalam pembukaannya di edisi minggu tersebut mengungkapkan mendesaknya penerapan syari’ah Islam di bidang ekonomi dan keuangan, untuk mensudahi krisis yanng menghantui dunia karena permainan spekulasi yang tidak riil dan tidak dibenarkan.

Laskin memaparkan dalam tulisannya: “Kehancuran yang digali oleh sistem Kapitalis, dan mendesaknya pembahasan terhadap alternatif pengganti untuk menyelamatkan krisis. Dengan lugas ia menawarkan runtutan dan tahapan penerapan syari’ah Islam, meskipun langkah ini tidak sesuai dengan tradisi dan keyakinan agama di Eropa.”

Semenjak beberapa tahun sebelumnya para pemikir dan pelaku ekonomi di Barat sudah memberi warning akan bahayanya sistem Kapitalis liberal yang bertumpu pada spekulasi dan bukan bisnis riil. Mereka sudah menyerukan adanya kajian dan pemahasan solusi pengganti dari sistem itu, dan ternyata solusi itu ada pada Islam! Allahu Akbar walillahil hamd.

Bagaimana para penulis dan pemerhati di Eropa menilai secara obyektif dalam rangka beralih ke hukum-hukum syari’ah Islam dalam bidang Ekonomi? Dan apakah ini merupakan keseriusan cara pandang ekonomi Eropa dalam menangani krisis selama ini? Kita tunggu keberanian mereka membuktikan statemen mereka sendiri. (it/ut)

 
 

Potensi Pasar, Indonesia Calon Kiblat Ekonomi Syariah

Muhammad Syakir Sula

INDUSTRI syariah Indonesia diperkirakan akan berkembang secara pesat. Bahkan pakar ekonomi menyatakan dalam 15 tahun kedepan ekonomi syariah terbesar adalah Indonesia. Mengingat potensi pasar yang sangat besar, ditambah lagi jika sektor riil dapat berjalan lebih baik. Sekjen Masyarakat Ekonomi Syariah, Muhammad Syakir Sula menjelaskan, jika dilihat dari sisi market share ekonomi syariah baru sekitar dua persen baik di perbankan, asuransi maupun pasar modal.
"Namun pertumbuhan ekonomi syariah pada 2008 sudah mencapai 40 persen. Apalagi sudah menggelar Festival Ekonomi Syariah kedua di Jakarta, mudah-mudahan ini bisa mendongkrak pertumbuhan industri syariah lebih tinggi lagi," katanya kepada beritabaru.com.
Apabila dikaitkan dengan kondisi krisis keuangan sekarang ini, peluang ekonomi syariah nasional memang menjadi sangat bagus. Ia menggambarkan dengan jumlah umat muslim sebanyak 88 persen dari populasi penduduk di Indonesia. Ini menjadi pasar paling potensial bagi ekonomi syariah terus berkembang, baik diperbankan, asuransi ataupun produk pasar modal.
Karena itu, Syakir Sula berharap kepada umat muslim yang memiliki bisnis, sebaiknya menggunakan instrumen syariah karena relatif lebih aman ketimbang sistem konvensional. Sebab, sistem syariah memfokuskan diri kepada sektor riil terutama perbankan syariah yang sejalan dengan rencana pemerintah dalam penguatan pasar domestik.
"Ini yang membedakan perbankan syariah dengan bank konvensional. Terlebih kondisi krisis sekarang ini, dimana transaksi derivatif di pasar modal mengalami krisis orang justru banyak pindah ke syariah, karena bisnis syariah lebih banyak disalurkan ke sektor riil," jelas dia.

Namun menggeser perilaku konsumen ke sistem syariah bukanlah hal mudah. Syakir mengakui masih banyak kendala yang harus diatasi, terutama mengkomunikasikan ke masyarakat sampai pada tingkat bawah. Misalnya asuransi syariah, sebut dia, kota-kota kecil di Indonesia belum banyak yang menawarkan produk syariah apalagi instrumen pasar modal syariah, tapi kalau perbankan syariah sudah hampir merata ke semua daerah.

Menurutnya, produk syariah itu tidak ada transaksi derivatif karena memang tidak boleh dilakukan. Transaksi ini hanya ada di sistem konvensional. Karena itu, dia mengajak agar konsumen yang ingin merasa aman sebenarnya harus memakai intrumen syariah.
Sementara Ekonom Syariah dari Karim Bussines consulting, Adiwarman A.Karim menjelaskan selama ini financing to deposit ratio (FDR) perbankan syariah ke sektor riil selalu tinggi atau hampir mencapai 100 persen.

Artinya, semua dana-dana yang dihimpun dari pihak ketiga hampir semuanya tersalurkan dan yang paling banyak mendapatkan kucuran kredit adalah sektor riil.

Hal itu menunjukkan peran intermediasi perbankan syariah yang berjalan cukup baik sehingga berdampak positif terhadap kontribusinya kepada sektor riil yang juga bagus.

"Meskipun keberadaan bank syariah di Indonesia baru mencapai lima unit usaha. Pada 2009 diharapkan akan hadir lagi sebanyak 8-9 unit usaha syariah, salah satunya RBS yang dulunya ABN Amro," jelasnya kepada beritabaru.com

Masalah Pajak dan Suku Bunga

Adiwarman memaparkan bahwa industri syariah di Indonesia masih menghadapi berbagai hambatan yang bisa menekan pertumbuhan lebih cepat. Seperti faktor perpajakan dan suku bunga acuan.

UU Perpajakan yang mendukung perbankan syariah belum juga terwujud sehingga bank-bank syariah belum 'all out' dalam melakukan ekspansi kredit karena takut timbul masalah pajak dikemudian hari.

Gambarannya adalah perusahaan beli mobil seharga Rp100 juta lalu dijual ke nasabah seharga Rp120 juta. Dalam transaksi itu sesuai ilmu perpajakan akan terkena Pajak Pertambahan Nilai (PPn), yakni PPn membeli dan PPn menjual. Tetapi bank syariah tidak seperti itu karena dia membiayai proses jual beli tersebut. "Nah, mudah-mudahan UU Perpajakan bisa cepat terselesaikan," katanya.

Faktor suku bunga acuan atau BI rate juga menjadi faktor penghambat pertumbuhan industri syariah nasional. Apabila BI rate rendah, maka bagi hasil akan menjadi lebih menarik dibandingkan suku bunga di bank konvensional. "Hal ini tentunya akan mendorong pertumbuhan bank syariah lebih cepat lagi," ujar Adiwarman.

Mengenai transparansi sistem syariah, ujar Adiwarman, semua pengelolaan dana syariah telah sesuai dengan peraturan Bank Indonesia (BI) tentang perbankan syariah, yaitu uang yang diterima atau dikelola oleh perbankan syariah harus digunakan untuk syariah saja.

Meskipun ada, lanjut dia, seperti bank BNI atau BRI yang mempunyai unit usaha syariah, pembukuannya itu dipisahkan dari bank konvensionalnya. "Insya Allah pengelolaan dana syariah dapat dipertanggung jawabkan. Kami juga berharap BI rate bisa menurun dibawah 8 persen, angka itu lebih oke untuk bisnis syariah di Indonesia," katanya.

Syakir Sula memaparkan bahwa faktor penghambat sistem syariah di Indonesia adalah sebagian besar umat muslim belum paham kalau sebagai umat muslim sebetulnya wajib menggunakan produk syariah.
"Ini yang belum banyak diketahui oleh mereka. Apalagi sekarang ada instrumen syariah yang baru dan aman 100 persen karena dijamin pemerintah, yaitu sukuk ritel," katanya.

Kalau saja Presiden mengumumkan, harap Syakir, bahwa haram hukumnya bagi umat muslim yang menggunakan instrumen konvensional, maka semua masyarakat akan paham. Selama ini, ulama-ulama dari MUI melakukan sosialisasi ekonomi syariah secara tidak langsung, misalnya lewat khotbah jumatan, seminar-seminar atau ceramah-ceramah.

Ia mengakui kalau Indonesia menganut dual sistem ekonomi, yaitu sistem konvensional dan syariah. Dilihat dari aspek undang-undang sudah jelas ada karena pemerintah mendukung dengan menerbitkan UU SBSN dan UU Perbankan syariah. Sedangkan untuk koperasi, ada PP tentang Perkoperasian Syariah



Dulu Penyiar, Kini Raja Bisnis Wisata

  
Berkat tangan dingin Johnnie Sugiarto, El John menjadi pemain besar di bisnis wisata nasional, dengan mengelola aset hotel, resor, lapangan golf, resto hingga lounge bandara. Apa kiat mantan tukang cuap-cuap ini?

Sulit mencari nama pengusaha kelas nasional yang sukses dari ranah Kerinci. Karena itu, Johnnie Sugiarto, yang memang asal Jambi, merupakan pengecualian. Kejeliannya membidik segmen-segmen bisnis yang belum dilirik orang membuat skala bisnisnya terus membesar.

Salah satu bisnis uniknya adalah executive lounge. Tak mengherankan, Johnnie kini layak disebut sebagai “Raja Bisnis Executive Lounge”. Tanpa banyak cakap, sederet executive lounge miliknya sudah hadir di 13 bandara besar di Tanah Air, antara lain Soekarno-Hatta (Jakarta), Supadio (Pontianak), Syamsuddin Noor (Banjarmasin) dan Hang Nadim (Batam).

Executive lounge hanyalah salah satu ladang bisnis Johnnie. Maklum, kerajaan bisnismya yang tergabung dalam bendera Grup El John Indonesia mencakup 7 divisi bisnis: hotel & resort; multimedia & broadcast; recreation & entertainment; tours & travel and insurance; restaurant, cafe & lounge; developers & property; serta foundation & institution.

Pada divisi hotel & resort, misalnya, El John memiliki lima aset, yakni Parai Pool Villas Resort & Spa, Parai Beach Resort & Spa, City Garden Hotel (ketiganya di Provinsi Bangka-Belitung), Parai Bukittinggi Resort (Sumatera Barat) dan Parai Benteng Resort (Sulawesi Utara). Ada juga tiga hotel di Manado, Dieng dan Bali yang pengelolaannya diserahkan ke pundak El John.

Bahkan, belum lama ini El John dipercaya menjadi General Sales Agent (GSA) 30 hotel dan lapangan golf di seluruh Indonesia, seperti Holiday Resort di Lombok, Kedaton Jimbaran di Bali, Panorama di Batam dan Lapangan Golf Finna di Surabaya.

Belum lagi El John -- lewat divisi restaurant, cafe & lounge -- juga mengelola sejumlah resto dan kafe seperti Maharaja Cafe, Pelangi Restaurant, Bakso House, Rose Garden Restaurant, Suka Suki Japanese Food, Sie View Cafe dan Tirta Kuring Restaurant. Lalu di bisnis properti, El John mengelola Bangka Trade Center, Plaza El John dan Perumahan Matras Indah.

Secara keseluruhan, kini El John mempunyai 52 anak usaha yang diperkuat sekitar seribu karyawan. “Tipikal bisnis saya adalah bisnis yang kecil-kecil, namun langsung bersentuhan dengan konsumen, misalnya executive lounge,” kata Johnnie, pemilik dan CEO El John, setengah merendah.

Johnnie mengaku, jiwa kewirausahaannya dilatih sejak dini. Maklum, ia merasa bukan dari keluarga kaya. Sejak kecil ayahnya sering menyuruhnya membantu berjualan rokok keliling. Lalu, jauh hari sebelum mendirikan El John, ia mulai meniti karier di bidang jurnalistik. Ia pernah menjadi penyiar, juga wartawan Harian Berita Ekspress di Palembang, tahun 1970-an. Cita-cita awalnya memang ingin memiliki stasiun radio sendiri. Wajar kalau Johnie sudah menjadi penyiar radio sejak SMA. Setelah beberapa lama menjadi penyiar dan wartawan di Palembang, ia berpikiran membuka usaha sendiri, tepatnya tahun 1974. Berbagai usaha sempat ia coba sebelum akhirnya memutuskan dan merasa cocok terjun di bisnis yang terkait dengan pariwisata.

Dalam pengamatannya, banyak orang yang berbicara tentang pariwisata, tetapi tak banyak yang mau melakukan hal konkret untuk pariwisata, misalnya upaya promosi. Terlebih, melakukan investasi jangka panjang. Namun, kondisi ini dilihat Johnnie sebagai peluang. Tahun 1984 ia mulai menerjuni bisnis perhotelan, dengan memilih Batam sebagai tempat perintisan. Pertimbangannya, wilayah tersebut tengah menggeliat. Dari sini, ia melihat bisnis pariwisata dan perhotelan akan sulit berkembang tanpa dukungan biro perjalanan. Maka, bisnis biro perjalanan pun dimasukinya.

Sebagai mantan jurnalis, tentu ia melihat pentingnya peran media. Maka, pada 1988 ia menerbitkan Majalah Travel Club yang hingga kini masih eksis. Bahkan, selanjutnya ia juga mendirikan radio swasta untuk mendukung bisnisnya itu. Pengelolaan media cetak dan radio ini dimasukkan dalam divisi multimedia & broadcast. Sekarang, divisi ini mengelola 6 radio FM komersial: El John FM di Palembang, Jambi dan Pangkalpinang; Cendana FM di Pekanbaru; Live FM di Bukittinggi; dan DD FM di Sungailiat, Bangka. Semua radio itu mengambil segmen pasar yang belum tergarap. Contohnya, Live FM Bukittinggi mengambil positioning sebagai radio pariwisata. Alasannya, meski banyak objek wisata di Sum-Bar, belum ada radio khusus yang menggarapnya. “Jangankan dari luar Sumatera, masyarakat Bukittinggi sendiri banyak yang tak tahu daerahnya punya banyak objek wisata bagus,” kata kelahiran 3 September 1956 ini. Contoh lainnya, El John FM Palembang memosisikan diri sebagai radionya masyarakat etnis Tionghoa di Kota Pempek.

Dari tahun ke tahun bisnis El John terus berkembang. Tentu, ini tak lepas dari kepemimpinan Johnnie. Menurut ayah dua anak ini, dirinya selalu berusaha mencari peluang bisnis yang bisa ditangani dan berkesinambungan hasilnya. “Dari dulu saya tak suka bisnis yang mendadak dapat uang banyak, namun sesudah itu nganggur lama. Walaupun bisnis restoran uangnya kecil-kecil, kan kontinyu,” urai Johnnie yang mengaku tidak menyukai bisnis kontraktor.

Kiat Johnnie lainnya, berusaha melakukan inovasi terus-menerus. “Ini kunci untuk merebut pasar yang terus bergerak,” katanya. Ia mencontohkan salah satu inovasinya dalam pembangunan Parai Pool Villa & Spa di Bangka. Di sini, pelanggan bisa membeli secara penuh vila-vila ini dan bila tidak ditinggali, bisa disewakan dengan bantuan manajemen El John tanpa biaya tambahan.

Inovasi juga dilakukan El John dalam mengembangkan bisnis selaku GSA yang kini sukses dipercaya lebih dari 30 pemilik hotel dan lapangan golf di Indonesia. Jasa GSA ini menyasar pengusaha yang tak punya banyak waktu lantaran sibuk mengurus bisnis lain atau merasa tak punya kompetensi memadai di bidang ini. “Bisnis hotel tidak bisa dikerjakan sampingan. Ini memerlukan ketelitian dan waktu yang tidak sebentar agar eksis,” ujar pehobi membaca yang masih aktif mengikuti kursus dan pelatihan ini.

Perusahaan pengguna jasa GSA dari El John, disebutkan Johnnie, bisa memperoleh sejumlah manfaat. Misalnya, biaya pemasaran jadi lebih rendah. Maklum, sebagai GSA, El John menerima order baik dari biro perjalanan maupun agen. Apalagi, El John memiliki tim yang secara reguler berkunjung ke biro perjalanan untuk berpromosi sekaligus mengontrol biro perjalanan mana saja yang kompeten. Menurut Johnnie, GSA tidak sekadar sebagai mediator atau agen, tapi menjadi perwakilan penuh klien. Bahkan, jika dibutuhkan, El John bisa pula menjadi pemasok barang kebutuhan hotel yang sulit didapat di daerah, seperti sprei dan handuk.

Selain itu, El John pun memberi konsultasi strategi pemasaran yang bisa dilakukan. Bagi Johnnie, hal ini diperlukan karena pasar sudah berubah. Dulu orang membutuhkan hotel hanya untuk menginap, tetapi sekarang banyak yang untuk keperluan outing, gathering, team building, rapat, dan lainnya. “Kalau hotel-hotel tak cepat mengantisipasi tren ini, akan ditinggal pasar,” tutur Johnnie. Di samping soal pemasaran, El John memberi konsultasi bagi hotel yang akan menerapkan ISO dan juga meyediakan pelatihan SDM hotel.

Ada satu terobosan menarik Johnnie, tepatnya di bisnis travel insurance. Sudah dua tahun ini El John mengeluarkan produk asuransi bernama Star Club, hasil kerja sama dengan PT Asuransi Jasa Indonesia. Untuk menjadi member, seseorang cukup membayar premi Rp 50 ribu/bulan dengan kontrak minimal satu tahun. Dengan premi sebesar itu, anggota mendapat coverage Rp 500 juta untuk personal accident/kecelakaan dalam bentuk apa saja -- asal jangan sampai meninggal atau lumpuh total. Menurut Johnnie, produk ini laris manis karena murah. Tak mengherankan, kini banyak perusahaan besar yang mengambil paket lebih kecil seharga Rp 10 ribu/bulan dengan coverage Rp 100 juta. Jumlah anggotanya 36.000 orang dan, untungnya, hingga kini belum ada klaim.

Kini, El John telah memiliki customer base yang cukup luas. Mereka menjadi pelanggan El John, baik pelanggan aset properti wisata milik sendiri yang ada di Sumatera maupun pelanggan hotel-hotel yang keagenan dan pemasarannya ditangani El John . Klien mancanegaranya kebanyakan dari Korea dan Jepang, khususnya kalangan honey mooners. Adapun klien dari pasar lokal umumnya perusahaan besar, misalnya untuk penyelenggaraan paket liburan, reward trip dan gathering. Setidaknya ada sekitar 20 perusahaan yang aktif memakai jasa El John, antara lain Medco, Conoco Phillip dan Astra.

Selama ini cara pemasaran untuk menangkap pelanggan korporat ini banyak dilakukan dengan pendekatan internal ke masing-masing perusahaan. Misalnya, dengan menawarkan paket-paket trip menarik seperti team building, gathering dan reward trip. Sementara pemasaran untuk pelanggan ritel, selain melalui gerai tradisional dan biro perjalanan, juga dilakukan via Internet (dengan website www.wisatanet.com). “Sudah mulai banyak yang membeli lewat Internet,” kata Johnnie.

Menangkap konsumen luar negeri dilakukan dengan perantaraan agen di Korea dan Jepang. Jadi, agen itu yang menjalankan fungsi pemasaran. Jumlah agen di luar negeri tidak banyak, satu di Jepang dan dua di Korea. “Untuk menghindari persaingan sesama agen,” ujar Johnnie yang kini menjajaki penambahan agen di Jerman. Toh, hingga kini ia masih akan fokus di pasar Asia, karena semakin jauh lokasinya dari Indonesia biasanya pasar wisata yang bisa diraih lebih kecil. Kini persentase pasar wisatawan yang menjadi klien El John: 75% lokal dan 25% internasional.

Bila diamati, selama ini El John memang banyak mengelola asetnya di Sumatera -- berupa kawasan resor atau hotel plus resornya sekaligus. Asetnya banyak di Bangka-Belitung. Karena itulah, Johnnie juga pantas disebut “Raja Bisnis Wisata Bangka-Belitung”.

Nama El John yang dipakai sebagai bendera bisnisnya punya cerita sendiri. Dulu, karena ia memiliki beberapa radio, para relasi khususnya kalangan biro iklan sering kesulitan mengingat nama-nama radio milik Johnnie. Lantas, para mitra itu memberi masukan agar radio-radio itu digabung saja dalam sebuah nama yang mudah diingat. Johnnie menuruti saran itu, hingga kemudian dipilih kata “El John” yang diambil dari nama depannya.

Dari sederet bisnis wisata El John yang dikelola 52 anak usaha/perusahaan, yang menjadi pilarnya masih segmen hotel dan restoran. Divisi ini menyumbang total omset 50% tiap tahun. Sejauh ini, menurut Johnnie, tak ada unit usahanya yang merugi karena pihaknya selalu cepat mengambil tindakan bila dalam 6 bulan berturut-turut ada bisnis yang rugi. Ia mengklaim rata-rata bisnisnya telah mencapai titik impas (breakeven point/BEP). Misalnya, Parai Resort yang 16 tahun berdiri meraih BEP pada tahun ke-8. Bisnis yang modalnya relatif kecil -- Rp 500 juta-2 miliar -- seperti resto biasanya mencapai BEP lebih cepat. “Nature bisnis hospitality, setelah modal kembali harus diputar lagi untuk merenovasi tempat agar tetap menarik, istilahnya di-reinvest,” kata Johnnie mengungkap kiatnya.

Soal pendanaan usaha, Johnnie tak menampik bisnisnya berkembang pesat berkat dukungan bank. Ia mendapatkan pinjaman bank ketika mengembangkan bisnis-bisnis baru. Awalnya, memang tak mudah meyakinkan bank untuk mendanai bisnisnya yang fokus di pariwisata. Maklum, return-nya tak secepat dan sebesar sektor lain. Namun, karena selalu membayar kredit tepat waktu dan berhubungan baik dengan pihak bank, akhirnya pihak bank mau terus mendukungnya. Sejauh ini, bila ada bisnis baru, pola pendanaannya 30% dari saku El John dan sisanya dari bank. Johnnie tak menyebut pasti nilai aset bisnisnya sekarang. Akan tetapi, kalau mau dikira-kira, ia tak menampik bila disebut mencapai sekitar Rp 100 miliar.

Johnnie yang kini dibantu tiga orang kepercayaan dalam pengelolaan El John -- menyandang jabatan Vice President -- berprinsip: ukuran sukses bisnis bukan dari besarnya profit, tapi dari kepercayaan yang terus dijaga; entah itu dari konsumen, karyawan atau investor. Pria yang kini lebih banyak tinggal di Jakarta ini punya obsesi, dalam lima tahun ke depan grup usahanya bisa go public. Meski demikian, ia masih tetap akan konsisten di bisnis pariwisata. “Saya berharap keberhasilan saya bisa dinikmati oleh orang banyak,” kata Johnnie yang bercita-cita membangun perpustakaan umum.

Anthonius Thedy, pengusaha biro perjalanan yang juga pemilik Jakarta Express dan TX Travel, mengaku sangat mengenal produk-produk El John. “Saya tahu karena sejak 1990-an sudah memakai jasanya. Saya angkat topi dan salut pada beliau. Karena, visinya jauh ke depan yang belum terpikir orang banyak, kemudian beliau lakukan dan berhasil,” kata Thedy memuji. Ia memberi contoh upaya Johnnie mengembangkan Pantai Parai, Bangka. “Kalau beliau tidak membuka kawasan itu, mana ada orang yang tahu keindahan pantainya,” katanya. Menurut Thedy, yang patut dicatat dari Johnnie adalah konsistensinya mengembangkan wisata wilayah Bangka-Belitung.

Dari sisi produk-produknya, ia menilai juga rata-rata cukup berhasil. “Pengalaman saya memasarkan produknya, rata-rata 70% pelanggan puas memakai produk El John,” ujarnya. Hanya saja, Thedy menyarankan agar Johnnie banyak bersinergi dengan orang-orang yang sevisi agar tidak bekerja sendirian alias single fighter. Selain itu, untuk bisnis biro perjalanan, menurut Thedy, Johnnie kurang begitu berhasil. “Mungkin karena beliau tidak fokus, dan orang yang visioner kayak Pak Johnnie tidak tepat di bisnis ini,” ujarnya. Thedy mengamati, walau biro perjalanan El John ada di beberapa kota, pertumbuhannya biasa-biasa saja. “Namun untuk bisnis-bisnisnya yang lain seperti restoran, hotel, resort, saya lihat berhasil.”

Pandangan lain dikemukakan Adhi Tirtawisata, Chairman Panorama Tours, yang mengaku mengenal Johnnie sejak 20 tahun lalu. “Orangnya hebat, bagus, perfeksionis dan ramah,” kata Adhi. Hal ini, menurutnya, membuat siapa pun yang berinteraksi dengan Johnnie puas. Tentang inovasi bisnis El John, Adhi mengakui bahwa kecepatannya mengisi peluang pasar yang belum tergarap patut diacungi jempol. “Kami saja keduluan dalam membangun executive lounge di bandara-bandara,” ujar Adhi yang melihat Johnnie sebagai orang yang sudah menyumbang banyak untuk pariwisata Indonesia.


Penulis: Sudarmadi dan Afiff M. Dewanda

Minggu, 25 Desember 2011

AS Eropa Tertarik Sistem Ekonomi Syariah


“Krisis telah memaksa AS mencari model alternatif. Oktober 2008, saat George W Bush masih menjabat sebagai presiden dan menjelang pelaksanaan Konferensi Tinggi (KTT) G-20 di Washington 15 November 2008, Bush mengirim deputi sekretaris keuangannya Robert M Kimmit mengunjungi Arab Saudi,” kata MS Hidayat di Jakarta, Selasa [19/05] .
Tujuan kunjungan tersebut, lanjutnya, untuk mengkaji efektivitas sistem perbankan syariah. Kedatangan Kimmit ini diberitakan ramai sejumlah media Arab Saudi.

MS Hidayat mengatakan, meski hasil KTT tidak merekomendasikan penerapan sistem ekonomi syariah, sebagai sistem ekonomi dunia, kedatangan tim ekonomi AS itu menunjukkan pengakuan dan ketertarikan negara itu terhadap sistem ekonomi syariah. Padahal, AS sebelumnya tidak banyak bersikap mengenai perkembangan ekonomi syariah di dunia.

Menurut MS Hidayat, ketertarikan negara Eropa terhadap ekonomi syariah sebetulnya telah terungkap sejak beberapa tahun lalu. Inggris pernah menyatakan siap menjadi pusat keuangan syariah dunia. Pernyataan ini terlontar saat Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown masih menjadi menteri keuangan pada 2007.

Berdasarkan laporan international Financial Services London (IFSL), perkembangan industri keuangan syariah di Inggris dalam beberapa tahun terakhir berkembang pesat. Bahkan, negara itu saat ini menjadi negara barat dengan bank syariah terbanyak di dunia karena mendapat dukuangan kuat pemerintah.

Hingga Februari lalu, terdapat lima bank murni syariah dan 17 unit usaha syariah bank konvensional di Inggris seperti HSBC, Barclays, RBS, dan LIoyds Banking Group.

Aset perbankan syariah di negara itu mencapai 18 miliar dolar AS atau melebihi aset bank syariah seperti Pakistan, Banglades, Turki, dan Mesir. Di negara ini, perkembangan bisnis keuangan syariah juga didukung 55 universitas dan lembaga pendidikan yang memiliki pendidikan dan keuangan syariah.

MS Hidayat mengatakan, Prancis juga tertarik mengembangkan sistem keuangan syariah. Desember tahun lalu, Menkeu Prancis, Christine Lagarde, menyebutkan, negaranya bakal membuat penyesuaian peraturan hukum agar Paris menjadi pasar utama keuangan syariah.

Selain itu, kata MS Hidayat, terdapat sejumlah bank syariah yang akan membuka cabang di ibukota negara tersebut. Bahkan Maret lalu, bank sentral Prancis memasukkan isu pengelolaan keuangan syariah dalam forum diskusi.

Ketertarikan Prancis dipicu ketahanan sistem ekonomi syariah dalam menghadapi krisis keuangan global. Di Asia, katanya, pernyataan ingin menjadi pusat keuangan syariah dunia juga diungkapkan Singapura beberapa beberapa tahun lalu.

“Negara ini telah lama mengamademen sejumlah undang-undang untuk mendukung pengembangan bisnis keuangan syariah. Hal yang sama juga dilakukan Malaysia,” kata MS Hidayat. ( ant )



Sabtu, 24 Desember 2011

Motivasi Kerja Yang Membuat Orang Jepang Sukses

 

Jepang mempunyai 5 motivasi kerja yang membuat orang-orang jepang menjadi sukses, seperti yang kita ketahui bersama bahwa jepang adalah salah satu negara yang bisa di bilang negara paling sukses. 
 
Kita  kali ini akan membahas tentang motivasi kerja apa saja sih yang membuat kebanyakan orang jepang sukses. Semua orang butuh motivasi baik itu motivasi kerja, motivasi diri dan juga motivasi untuk berkreasi.

Berikut ini adalah motivasi yang mungkin membuat orang jepang menjadi sukses dan hidup makmur seperti sekarang ini. Saya yakin kalau 5 motivasi ini kita terapkan dalam diri kita pasti juga bisa seperti mereka yang sudah sukses :D

1. Kerja Keras
kata kerja keras merupakan motivasi yang patut kita contoh, kebanyakan orang sukses melakukan kerja keras sebelum mereka mencapai kesuksesannya. dan ingat kata mutiara motivasi : Di dunia ini tidak ada yang namanya kegagalan, yang ada adalah kita kurang bekerja keras.

2. Pantang Menyerah
Kebanyakan orang jepang benar-benar membuktikan kalau mereka pantang menyerah. Dulu mereka setelah porak-poranda akbiat perang dunia ke II. Hanya membutuhkan waktu tidak lama untuk menjadi salah satu pusat ekonomi dunia. seperti Pesan Motivasi : Menyerahlah jika peluang benar-benar sudah habis. Tapi selagi masih ada satu harapan, Raihlah dengan kerja keras dan anda pasti SUKSES.

3. Menjaga Kehormatan
Jika kamu sering melihat film atau mungkin mengikuti artikel berita di TV, sesekali pasti mendengar istilah Harakiri yaitu bunuh diri dengan menusukkan pedang ke perut. Itu dilakukan oleh masyarakat disana karena mereka tahu malu.

4. Rajin Membaca
Membaca seperti menjadi sebuah budaya di Jepang. Bukanlah hal yang aneh melihat orang bejalan sambil membaca.Atau saat anda masuk ke kereta listrik, disana bisa dilihat banyak orang yang membaca.
Banyak-banyaklah membaca artikel, apalagi sekarang sudah zaman internet anda bisa mendapatkan artikel tentang berbagai hal mulai dari komputer, motivasi, sejarah, ekonomi dsb. Karena dengan lebih banyak mengetahui informasi dibanding lawan, anda sudah lebih dekat ke tujuan.

5. Menjaga Tradisi
Motivasi yang ini patut kita contoh. Mengapa? bayangkan saja dengan kemajuan tekhnologi dan ekonomi. Mereka tetap tidak meninggalkan tradisi. Bahkan bintang pernah menonton berita yang memperlihatkan “Laptop dikasih jampi-jampi supaya tidak terkena masalah”.


Selasa, 13 Desember 2011

10 Alasan Menjadi Pengusaha Mandiri

 

Banyak orang memilih terus menjadi eksekutif ketimbang menjadi
entrepreneur. Alasannya, kerap sangat klasik dan sederhana. Tak mau
repot, tak punya modal, atau takut gagal. Ada juga yang memilih terus
menjadi eksekutif karena merasa sudah mapan dengan posisi tersebut.

Yang menarik, mereka yang punya ketakutan seperti itu seringkali belum pernah mencoba sama sekali untuk membuka bisnis serta menjalani usaha mandiri. Atau, baru mencoba satu, dua kali, tak memperoleh return seperti yang diharapkan, putus asa, lalu memilih menghentikan usahanya.

Padahal, mencoba menjadi entrepreneur-dalam konteks tulisan saya, pengusaha muda-merupakan tantangan yang mengasyikkan. Tentu saja, jadilah pengusaha muda yang smart dan profesional. Jangan pernah berpikir untuk menjadi 'pengusaha yang hitam'. Apalagi, itu dicapai melalui jalan pintas, dengan cara-cara yang tak etis -misalnya, korupsi,
kolusi, suap dan semacamnya.

Percayalah, energi-baik tenaga maupun biaya - yang kita keluarkan untuk menjadi pengusaha muda yang smart dan profesional, dengan menjadi konglomerat hitam, akan sama besarnya. Tapi, hasil yang diperoleh akan jauh bertolak belakang.

Semakin ditekuni, entrepreneur yang berkarakter smart dan profesional, hampir dipastikan bakal menuai kesuksesan. Sedangkan sekali saja kita terjerumus pada praktik bisnis hitam-apalagi kalau dilakukan berkali-kali - penjara, baik dalam arti kata sesungguhnya amupun kiasan, bakal menjadi tempat kita menghabiskan masa tua.

10 Alasan
Ada 10 alasan, sebaiknya kita mulai mencoba menjadi pengusaha mandiri.

Pertama, dengan menjadi pengusaha mandiri, kita akan bebas menentukan nasib sendiri. Kalau kita ingin cepat sukses, ya perlu bekerja ekstra keras. Kalau memilih lebih santai, juga bisa. Tergantung selera saja.

Kedua, tak terikat jam kerja. Barangkali, sebagai eksekutif sebuah perusahaan besar yang berkantor di pusat bisnis Jakarta, kita kerap jenuh dengan rutinitas kerja yang bersiklus nine to five. Apalagi, itu harus dilakukan dengan kemacetan Jakarta yang amat menjengkelkan. Dengan usaha mandiri, kita bisa mengatur sesuka hati jam kerja. kita juga bisa mengambil cuti kapan pun.

Ketiga, ide yang menumpuk di kepala bisa langsung diimplementasikan menjadi bisnis yang mungkin amat potensial. Ini, sulit dilakukan para eksekutif. Walaupun kita bekerja di sebuah korporasi yang amat besar, kita hanyalah "sebuah sekrup kecil dari sebuah mesin raksasa."

Keempat, persoalan modal. Ini memang kerap menjadi ganjalan bagi seseorang untuk menjadi pengusaha muda. Padahal, untuk memulai tak selamanya membutuhkan modal berupa uang dalam jumlah besar. Ingat modal utama pengusaha muda adalah integritas, konsep bisnis, atau ide cemerlang, ditambah jaringan perkawanan yang luas, yakinlah itu saja sudah cukup. Dari sini, biasanya dukungan akan mengalir.



Ingat jangan cepat-cepat pinjam uang jika itu tidak sangat benar-benar dibutuhkan.

Kelima, yang harus dipahami, perlu 'mental pengusaha', yaitu ketekunan ekstra untuk menjadi pengusaha muda. Karena di awal usaha, biasanya pasti muncul kendala-apa pun bentuknya. Jalani saja! Yakinlah, semua persoalan akan tereliminasi dengan semakin berpengalamannya kita
menekuni bisnis tersebut. Kalau ada pepatah yang mengatakan 'tua-tua  keladi, makin tua makin menjadi', maka bagi kita, yang pas adalah 'makin tua makin menghasilkan.'

Keenam, bagaimana kalau gagal? Itu memang risiko setiap usaha. Jika kita berpikir pasti gagal, kita pasti akan gagal! Jika kita berpikir pasti sukses, kita pasti sukses! Potensi kegagalan bisa diminimalisasi, jika kita cermat dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang, sebelum memulai usaha.

Yang perlu diingat, rata-rata sebuah usaha mandiri baru bisa dilihat hasil konkret setelah lima tahun. Walau, ada juga yang lebih cepat atau lebih lama dari kalkulasi itu. Biasanya, setelah lima tahun usaha kita akan mulai stabil. Dalam situasi itu, kita tinggal mengatur akselerasinya - kapan harus direm, atau kapan musti dipercepat.

Ingat, hasil usaha haruslah wajar, selebihnya jika serakah akan menjadi 'gambling'. Ini yang sering kali menghancurkan kita.

Ketujuh, sebagai pengusaha muda yang mandiri, tentu saja kita tak perlu takut dipecat. kita juga tak harus khawatir akan kehilangan jabatan, lalu melakukan politik di kantor, setiap kali menjelang RUPS.

Kedelapan, sebagai pengusaha muda yang mandiri, kita akan selalu menjadi 'kepala' di perusahaan. Walau sekecil apa pun bisnis kita. Ini, tentu lebih nikmat ketimbang menjadi 'ekor' -- seberapa pun besarnya -- diperusahaan milik orang lain.

Kesembilan, dengan memiliki sendiri sebuah usaha, kita tak akan pernah menjadi pensiunan. Kecuali, kalau memang kita ingin menyerahkan semua kepemilikan dan pengelolaan usaha yang kita rintis kepada orang lain.

Kesepuluh, kita bisa menikmati kebebasan finansial. Meski tak mest harus menjadi konglomet. Ingat, jangan ingin cepat kaya, karena pasti  akan terjungkal. Dan memang, sebaiknya kita jangan mengelola usaha dengan terburu-buru. Pertahankan 'life style kita'. Hiduplah sederhana,
dengan kebebasan finansial, pasti terasa lebih nyaman.

Jadi, mengapa harus menunggu? Ubah paradigma kita! Mulailah menjadi pengusaha, sekarang!!

Oleh Cristovita Wiloto
Managing Partner Wiloto Corp. Indonesia
Sumber: Bisnis Indonesia


Apakah anda ingin belajar menjadi pengusaha mandiri?
Silakan hadiri BOP (Business Opportunity Presentation)yang diadakan di kantor ABBA Agency
. Info lengkap klik di
sini

Bisnis Asuransi Takaful Sedang Booming

Dengan lebih banyak negara yang berlomba untuk mengambil bagian dalam pasar yang sedang booming, industri asuransi syariah global diperkirakan akan mencapai 25 miliar dolar pada tahun 2015.

"Jika kita terus dengan tingkat pertumbuhan 2009 sebesar 31 persen atau lebih tinggi, kita jelas akan menyentuh $ 25 miliar pada 2015," kata Ashar Nazim, kepala MENA, Jasa Keuangan Islam Ernst & Young, menurut situs Perdagangan Saudi.

Dia mengatakan pertemuan puncak asuransi syariah internasional, yang diselenggarakan di London baru-baru ini, bahwa industri asuransi syariah global diperkirakan akan tumbuh menjadi $ 12 miliar pada akhir tahun ini.

"Kami berharap bahwa pertumbuhan akan dipertahankan, saat fondasi dari pasar asuransi syariah di negara-negara Muslim dan di pasar negara berkembang telah dibangun."

Takaful (asuransi Islam) didasarkan pada kerjasama saling menguntungkan dalam berbagi risiko yang berbeda dengan asuransi konvensional yang tidak sesuai dengan syariah Islam.

Saat ini, pasar asuransi syariah hanya 1 persen dari pasar asuransi global.

Malaysia dan kawasan Timur Tengah adalah pusat industri asuransi syariah yang berkembang pesat.

Sementara Arab Saudi, Malaysia dan Uni Emirat Arab adalah tiga pasar terbesar asuransi syariah, negara-negara lain seperti Mesir, Sudan, Bangladesh dan Pakistan juga tengah berkembang dengan pesat.

Upaya sedang dilakukan untuk memperluas industri ke negara-negara yang paling padat penduduknya seperti Indonesia dan India.

Pilihan standar

Para ahli percaya bahwa lebih banyak negara akan mengadopsi industri asuransi syariah dalam waktu dekat.

"Selain untuk pasar negara berkembang, negara-negara Muslim diharapkan  meningkatkan adopsi instrumen asuransi syariah dalam tahun-tahun mendatang," kata Nazim.

"Kami berharap asuransi syariah menjadi pilihan tetap untuk negara-negara Islam di masa depan."

Para ahli menyerukan negara-negara Muslim untuk membuat rancangan undang-undang yang menguntungkan untuk membantu pasar asuransi syariah untuk berkembang.

"Undang-undang di negara-negara Islam untuk membuat produk asuransi syariah pilihan yang lebih disukai antara produk-produk asuransi dapat menempatkan industri pada tingkat yang sama sekali berbeda," kata Abid Shakeel, juga daru Jasa Keuangan Islam, Ernst & Young.

"Sebagaimana telah kita lihat, pertumbuhan GCC terutama didorong oleh asuransi wajib bukan hanya kebijakan sukarela."

Industri perbankan Islam, yang dimulai hampir tiga dekade lalu, telah membuat pertumbuhan substansial dan menarik perhatian investor dan bankir di seluruh dunia.

Dengan perkiraan 300 bank Islam dan lembaga keuangan di seluruh dunia, industri berkembang dengan 15-20 persen per tahun dan memasuki pasar baru-baru dari Australia ke Afrika Selatan.

Lembaga keuangan Barat, termasuk Citigroup, Deutsche Bank, HSBC dan UBS, juga semakin banyak menawarkan produk-produk Islami.

Perbankan syariah beroperasi dengan pembagian keuntungan atau kerugian antara bank dan kliennya, bukan bunga, yang dilarang.
Islam melarang Muslim menerima atau membayar bunga pinjaman.

Meneropong Asuransi Syariah

 

Secara gamblang Islam memandang asuransi sebagai suatu perbuatan yang mulia, karena pada dasarnya Islam senantiasa mengajarkan umatnya untuk mempersiapkan segala sesuatu secara maksimal, terutama selagi manusia memiliki kemampuan sumber daya, semua ini tertuang dalam hadist Nabi Muhamad SAW yang diriwayatkan oleh Muslim, Nabi mengatakan: “Pergunakan lima hal sebelum datangnya lima perkara: muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, lapang dada sebelum sempit, dan hidup sebebelum mati.”

Jadi jelas makna dari hadist tersebut, anjuran untuk ti­dak menyia-nyiakan segala sesuatu, termasuk di­dalam­nya menghambur-ham­burkan kekayaan. Manusia diwajibkan agar dapat meng­gunakan kekayaan yang baik dan bermanfaat, seperti memper­siapkan masa dapan  bagi diri sendiri dan  keluarga.

Tapi sebagian kalangan Islam ma­sih beranggapan bahwa asu­ransi sama dengan menentang qodlo dan qadar atau ber­ten­ta­ngan dengan takdir. Pada dasarnya Islam mengakui bahwa ke­celakaan, kemalangan dan kematian merupakan takdir Allah. Hal ini tidak dapat ditolak. Hanya saja kita sebagai manusia juga diperintahkan untuk mem­buat perencanaan untuk meng­hadapi masa depan. Allah ber­firman dalam surat Al Hasyr: 18

“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memper­hatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok (masa depan) dan bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesunguhnya Allah Maha mengetahui apa yang engkau kerjakan”. Jelas sekali dalam ayat ini kita dipertintahkan untuk merencanakan apa yang akan kita perbuat untuk masa depan.

Indonesia merupakan negara, dimana mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Islam. Asuransi syariah dapat menjadi alternatif pilihan proteksi bagi pemeluk agama Islam yang me­nginginkan produk yang sesuai dengan hukum Islam. Produk ini juga bisa menjadi pilihan ba­gi pemeluk agama lain yang me­mandang konsep syariah adil bagi mereka. Syariah adalah se­buah prinsip atau sistem yang ber-sifat universal dimana dapat diman­faatkan oleh siapapun juga yang berminat Namun de­mi­kian, perkembangan produk-produk dengan prinsip syariah baru berkembang kurang lebih 5-6 tahun yang lalu, salah satunya ada­lah produk asuransi syariah. Se­telah itu, asuransi berbasis sya­riah mulai digarap oleh be­berapa perusahaan dengan pen­dirian divisi syariah. Atas da­sar ini penulis membuat kajian yang meneropong soal asuransi sya­riah dan melihat dari dekat sekali.

Konvensional dan Syariah

Maraknya produk-produk asu­ransi tradisional atau konven­sional yang ditemui dipasar, tapi jika di lihat secara umum asuransi konvensional memiliki tiga unsur utama yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan ketentuan dalam fiqih muamalah.

Ketiga unsur ini adalah: Gahrar, Riba dan Maysir. Gahrar yaitu situasi dimana terdapat informasi ya­ng tidak jelas, sehingga terjadi ketidak pastian dari kedua belah pi­hak yang bertransaksi. Riba yaitu keuntungan atau kelebihan pada pengembalian yang berbeda dari nilai aslinya, kelebihan biasanya ditentukan  saat pin­jaman dilakukan. Sedangkan Maysir yaitu sebagai perjudian atau permainan untung-un­tungan, dikatakan untung-un­tungan karena hasilnya bisa untung bisa juga rugi.

Karena memilki ketiga unsur ini yang tidak dapat diterima oleh kaidah Islam, maka diper­lukan produk asuransi bernuansa syariah yang bertujuan mempro­teksi tapi tidak bertengan dengan kaidah Islam.

Dewan Syariah Nasional  (DSN) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI), memberikan ukuran pe­ngertian soal asuransi syariah yaitu sebuah usaha saling me­lindungi dan tolong menolong di­antara sejumlah orang melalui in­vestasi dalam bentuk aset atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.

Asuransi syariah sebuah sistem dimana para peserta mendonasi­kan sebagian atau seluruh kon­tribusi (premi) yang mereka bayarkan untuk digunakan mem­bayar klaim atas musibah yang dialami oleh sebagian peserta. Proses hubungan peserta dan perusahaan dalam meka­nisme pertangungan pada asu­ransi syariah adalah sharing of risk atau saling  menanggung resiko. Apabila terjadi musibah, maka semua peserta asuransi syariah saling menanggung. De­ngan demikian , tidak terjadi transfer resiko atau transfer risk dari peserta ke perusahaan se­perti yang terjadi pada asuransi konvensional.

Peranan asuransi pada asuransi syariah terbatas hanya  sebagai pe­megang amanah dalam me­ngelola dan menginvestasikan dana dan konstribusi peserta. Jadi pada asuransi syariah, pe­rusahaan hanya bertindak se­bagai pengelola operasinal saja, bukan sebagai penanggung seperti pada asuransi kon­vensional.

Jelas dari uraian diatas bahwa asuransi syariah memiliki azaz jaminan bersama hal ini dapat ditelaah dari penyertaan para peserta dalam bentuk hibah atau sumbangan atau derma pada dana tabarru yang didasari azas sukarela dan disetujui bersama.

Pada penerapanya azas tersebut diterapkan dengan menggunakan rekening tabarru sebagai wadah untuk saling menolong dan membantu diantara para peserta apabila terjadi kerugian atau resiko terhadap peserta. Sehingga jika di simpulkan prinsip-prinsip asuransi syariah mengandung tiga prinsip dasar: tangung jawab bersama, saling menguntungkan dan bekerjasama dan per­lindungan bersama. Semua ini pasti berkesesuaian dengan kaidah Islam.

Terobosan

Telaah dari uraian diatas mem­berikan gambaran secara umum bahwa asuransi syariah sesuai dengan prinsip syariah Islam dan menjadi alternatif selain asu­ransi konvensional. Mulianya azaz asuransi syariah yang me­ngedepankan kerjasama, per­saudaraan dan kesetiakawanan se­harusnya hal ini membuat asuransi syariah lebih  banyak digunakan dibanding dengan asuransi konvensional. Data terakhir dari Biro Asuransi Kementerian Keuangan pada tahun 2008-2009 premi asuransi jiwa mencatat pertumbuhan luar biasa sebesar 98 persen, dari Rp 1,1 triliun menjadi Rp 2 triliun, dari data tersebut, nampak bahwa pasar asuransi di Indonesia cukup potensial.

Pilihan kontrak antara peserta asu­ransi syariah dan operator asuransi syariah sangat ber­gantung pada kebutuhan setiap individu dan strategi masing-masing pihak, hal ini benar-benar memberikan kelonggaran in­di­v­idu dalam mengikuti prog­ram asuransi syariah. Bukankah ini merupakan nilai tambah dari produk asuransi syariah yang akan membantu masyarakat men­jadi lebih ringan dalam me­milih proteksi asuransi untuk dirinya dan keluarga.

Dari semua kearifaan sistem asuransi syariah, maka terobosan yang perlu dibuat oleh para praktisi asuransi (khususnya asuransi syariah) untuk menge­nalkan dengan lebih agresif pro­duk asuransi syariah kepada ma­syarakat Indonesia sehingga produk asuransi syariah menjadi populer dan banyak digunakan oleh masyarakat ditengah hiruk pikuknya produk-produk asuransi konvensional yang beredar di pasaran.


Irwan Wisanggeni, SE, MSi
Dosen, Alumnus Magister Akuntansi Trisakti, Jakarta.

Selasa, 06 Desember 2011

BCA, Terpikat Oleh Perbankan Syari'ah

 

Ekonomi Islam (Syari'ah) telah teruji dan terbukti kehandalanya. Ketika Sistem Ekonomi Kapitalis dibelit berbagai masalah, Ekonomi Islam tetap mampu berdiri tegak bahkan terus berkembang cukup signifikan.

Walau kita akui, Indonesia sebagai Negara Berpenduduk Muslim Terbesar di dunia perkembangan Ekonomi Syari'ah ini boleh dikatakan cukup  lambat. Coba tengok Negara Tetangga kita Malaysia, Disana Ekonomi Syari'ah telah berkembang pesat jauh meninggalkan Indonesia (termasuk pesat dalam bidang yang lain). Jadi malu nih hik.. hik..

Bahkan di Negara Barat seperti Inggris, Jerman, Perancis dan Amerika, Sistem Ekonomi Islam mulai banyak diminati dan/atau diadopsi. Ini bisa dimaklumi karena Islam adalah (sesuai dengan firman Allah SWT): "RAHMATAN LIL 'ALAMIN". Begitu juga dengan Sistem Ekonomi Islam bisa digunakan untuk semua umat bukan hanya untuk umat islam saja. Kenapa? karena prinsip-prinsip yang digunakan oleh Ekonomi Islam adalah prinsip dasar yang diajarkan Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. untuk umat manusia yang ada di muka bumi ini. Inilah salah satu bukti fleksibilitas Ajaran Islam.

Dengan demikian, maka tidak heran jika Bank sekelas BCA pun mulai tertarik dengan Perbankan Syari'ah.

BCA Syari'ah adalah hasil konversi dari Bank UIB dan telah mengantongi izin operasional sebagai bank syariah pada tanggal 2 Maret 2010 lalu. Sementara, konversi Bank UIB menjadi Bank Syariah telah selesai pada 3 Maret 2010, akhir pekan lalu, berdasarkan keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010.

Keunggulan BCA Syari'ah selain mempunyai basis nasabah yang kuat dari induk perusahaannya, PT Bank BCA Tbk, juga didukung oleh fasilitas dari BCA, seperti ATM dan office channeling di kantor BCA seluruh Indonesia. Nasabah BCA Syariah dapat memanfaatkan seluruh jaringan cabang BCA untuk tarik tunai di seluruh ATM BCA serta mesin EDC (Electronic Data Capture) milik BCA, semua tanpa dikenakan biaya. Produk pendanaan BCA Syariah berupa Tahapan iB, Giro iB, dan Deposito iB. Sementara itu, produk pembiayaan BCA Syariah berupa pembiayaan modal kerja iB, pembiayaan investasi iB, pembiayaan KPR iB, dan pembiayaan KKB iB.

Mudah-mudahan dengan menjamurnya Bank Syari'ah ini bisa diimbangi dg kinerja yg profesional, jujur dan amanah sehingga akan lebih meningkatkan kepercayaan dan ketentraman para nasabahnya (baik Muslim maupun non-Muslim).  Dan semoga tidak hanya menggunakan label Syari'ah saja dengan maksud menarik simpati masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim, tapi juga bisa menerapkan Prinsip Syari'ah dalam semua aspek layanan dan pengelolaannya.
 
 


Kenapa Umat Islam Masih Meragukan Ekonomi Islam?

 

Krisis finansial global masih menjadi bayang-bayang muram menghiasi wajah dunia yang terus menghantui berbagai negara maju maupun berkembang. Berbagai perusahaan raksasa pun tumbang dan ancaman gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) merebak di mana-mana.

Di tengah krisis yang belum juga meredup ini, Sistem Ekonomi Islam (Syari'ah) yang bersumber dari Ajaran Ilahi ini terbukti tetap tangguh menghadapi hempasan serangan krisis yang  bertubi-tubi.

Keunggulan Sistem Ekonomi Syari'ah, termasuk Bank Syari'ah, tidak hanya diakui oleh para tokoh/pakar di negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Tapi juga para ahli ekonomi dunia non-Muslim. Banyak di antara mereka yang melakukan kajian mendalam terhadap perekonomian yang berlandaskan prinsip-prinsip islam (syari'ah). Sehingga tak heran sejumlah negara di barat banyak yang tertarik dan jatuh cinta terhadap Sistem Ekonomi Islam (Syari'ah) seperti Inggris, Jerman, Perancis dan Amerika pun mulai mengadopsi Sistem Keuangan Syari'ah.

Tapi anehnya, justru tidak sedikit dari kalangan Umat Islam sendiri yang masih meragukan Sistem Ekonomi Syari'ah ini. Namun, menurut saya hal ini bisa dimaklumi karena memang di lapangan masih dapat kita temui yang masih belum menerapkan sepenuhnya Prinsip Syari'ah dalam semua aspek layanan dan pengelolaannya

Kenapa hal itu sampai terjadi?. Mari kita simak pernyataan seorang Pakar Ekonomi  Islam (Syari'ah) terkemuka Dr. H. M. Syafi'i Antonio, M.Ec yang dikutip dari: www. pikiran-rakyat. com.

Menurut beliau, masih banyak pakar-pakar ekonomi lainnya yang menafsirkan Ekonomi (Bank) Syari'ah secara kurang tepat. Persoalan Bank Syari'ah tidak sebatas masalah uang, melainkan juga mentalitas masyarakat.

Perbankan Syari'ah akan berkembang apabila kita mencari nafkah secara Islami. Ekonomi Syari'ah tergantung berapa persen kita mau mengislamkan kehidupan. Makin banyak masyarakat yang sadar dengan kehalalan produk, maka Ekonomi Syari'ah berkembang.

Demikian pula apabila kita menabung di Bank Syari'ah akan mengangkat Ekonomi Syari'ah. Kaum wanita memakai baju Muslimah atau peduli kehalalan kosmetika juga berpengaruh kepada Ekonomi Syar'iah.

Secara kuantitatif memang kontribusi Bank Syari'ah kepada Perbankan Nasional belum begitu besar. Akan tetapi, kalau kita bicara kesadaran masyarakat tentang Ekonomi Syari'ah, sudah jauh lebih besar. Banyak Perguruan Tinggi yang sudah mengajarkan Ekonomi Syari'ah seperti IAIN/UIN, UI, Unair, UGM, Unpad dan lain-lain.

Untuk penyelesaian sengketa Ekonomi Syari'ah oleh Pengadilan Agama (PA), kita harus jujur akui hakim-hakim PA untuk kasus-kasus perdata/mu'amalah ekonomi syariah perlu pendidikan sendiri. Jadi, secara kuantitatif bisa sebutkan persentase, tapi kualitatif tidak karena terjadi pertumbuhan. 

Ekonomi Syari'ah harus dipandang secara holistik tidak terbatas pada uang dan perbankan. Ekonomi Syari'ah meliputi aktivitas ekonomi dan sosial, produksi, pemasaran, keuangan dan perbankan. Ekonomi Syari'ah akan berkembang pesat apabila didukung semua komponen.

Pertama, secara conseptual development membutuhkan kajian ulama, pemikir dan cendekiawan agar bisa menelaah nilai-nilai Ekonomi Syari'ah di dalam al-Qur'an dan  al-Hadis. Perkembangan Ekonomi Syari'ah dalam zaman Umayah, Cordoba dan lain-lain juga perlu dikaji;

Kedua, Ekonomi Syari'ah juga bisa berkembang baik apabila didukung kebijakan iklan, film atau promosi lainnya yang tidak mengumbar aurat dan minuman keras;

Ketiga, ulama yang sudah tahu Ekonomi Syari'ah harus giat mempromosikan produk-produk makanan dan minuman halal kepada ulama lain sehingga umat hanya mengonsumsi produk halal;

Keempat, ulama atau cendekiawan Muslim kalau ada kesempatan lebih baik menjadi pembina atau Konsultan Syari'ah agar bisa merasakan daripada di menara gading;

Kelima, Perbankan Syari'ah tidak berarti tanpa pemberdayaan Koperasi Usaha Kecil dan Mikro (KUKM). Bisa saja Bank Syari'ah tidak Islami karena tidak memerhatikan KUKM.

Tak kalah pentingnya adalah sinergi dengan Timur Tengah dan negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI). Sinergi ini bisa di sektor perdagangan, investasi dan syukur-syukur terpadu mata uangnya yakni dinar.

Sabtu, 03 Desember 2011

Hermawan Kartajaya : Ekonomi Islam itu Adil dan Indah



Guru marketing Hermawan Kartajaya sudah beberapa lama bergaul dengan praktisi keuangan syari’ah. Ia mulai fasih mengatakan ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin. Beragama Katolik, Hermawan malah berniat ikut dalam mengembangkan nilai marketing Islami. Berikut petikan wawancara sesaat setelah peluncuran buku Sharia Marketing di Jakarta pekan lalu.

Sebetulnya apa beda marketing syari’ah dan konvensional?

Dalam dunia marketing itu ada istilah kelirumologi. Itu lho sembilan prinsip yang disalah artikan. Misalnya marketing diartikan untuk membujuk orang belanja sebanyak-banyaknya. Atau marketing yang yang pada akhirnya membuat kemasan sebaik-baiknya padahal produknya tidak bagus. Atau membujuk dengan segala cara agar orang mau bergabung dan belanja. Itu salah satu kelirumologi ( merujuk istilah yang dipopulerkan Jaya Suprana). Marketing syariah itu mengajarkan orang untuk jujur pada konsumen atau orang lain. Nilai syariah mencegah orang (marketer) terperosok pada kelirumologi itu tadi. Ada nilai-nilai yang harus dijunjung oleh seorang pemasar. Apalagi jika ia Muslim.

Apakah nilai marketing syariah bisa diterapkan umat lain?

Lha ya nilai Islam itu universal. Rahmatan lil ‘alamin. Begitu kan istilahnya. Nabi Muhammad itu menyebarkan ajaran Islam pasti bukan hanya untuk umat Islam saja. Jadi tidak apa-apa jika nilai marketing syariah ini inisiatif orang Islam supaya bisa menginspirasikan orang lain. Makin banyak non-Muslim yang ikut menerapkan nilai ini, makin bagus. Saya ikut mengendorse marketing syari’ah. Soal jujur itu kan universal. Jadi marketing syari’ah harus diketahui orang lain dalam rangka rahmatan lil ‘alamin itu.

Apa nilai inti marketing syari’ah?

Integrity atau tak boleh bohong. Transparansi. Orang kan tak boleh bohong. Jadi orang membeli karena butuh dan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan, bukan karena diskonnya. Itu jika konsep marketing dijalankan secara benar.

Bagaimana muasal perkembangan nilai spiritual dalam marketing?

Sejalan dengan perkembangan dunia. Setelah September attack, orang melihat IQ dan EQ saja tidak cukup. Harus ada SQ, spiritual quotient.

Orang melihat Apakah nilai marketing syari’ah ini akan bertahan?

Ya pasti sustain. Karena prinsip dasarnya kejujuran. Ini yang dibutuhkan semua orang. Apalagi setelah kasus seperti Enron, Worldcom dan lainnya. Orang melihat bisnis itu harus jujur.

Lalu di mana peran ilmu marketing dalam konsep syari’ah?

Syari’ah mengendorse marketing dan marketing mengendorse syari’ah. Ilmu marketing menyumbangkan profesionalitas dalam syari’ah. Karena jika orang marketing tidak profesional, orang tetap tidak percaya. Lihat saja bagaimana investor Timur Tengah belum mau investasi di Indonesia, meski negara ini populasinya mayoritas Muslim. Karena mereka tidak yakin dengan profesionalitas kita. Jadi, jujur saja tidak cukup.

Bukankan nilai kejujuran dan transparansi itu diajarkan semua agama?

Ya. Memang semua agama mengajarkan nilai itu. Tapi jangan lupa bahwa islam itu rahmatan lil alamin. Jadi, ada titik singgung. Bukankah lebih baik mencari yang serupa dari pada memperkarakan yang berbeda. Jika begitu hidup kita damai. Menurut saya, tak mengapa kita sebut marketing syariah. Karena mayoritas populasi di Indonesia itu Muslim. Jadi nilai syariah yang kita kedepankan. Kita mulai di sini, di Indonesia. Ada bagusnya jika yang mengendorse itu orang Islam, bukan yang lain.

Setelah nilai spiritual konsep apa lagi yang akan mengemuka dalam dunia bisnis?

Millenium. Orang mencari keseimbangan. Maksudnya orang berbisnis itu harus menjaga kelangsungan alam, tidak merusak lingkungan. Berbisnis juga ditujukan untuk menolong manusia yang miskin dan bukan menghasilkan keuntungan untuk segelintir orang saja. Nilai-nilai
ini ke depan akan mengemuka. Sekarang pertemuan para praktisi marketing mulai mengarah ke sana.

Setelah mengenal Islam, apa pendapat Anda tentang nilai yang diajarkan?

Islam agama yang universal dan komprehensif. Guidance-nya lengkap. Ada petunjuk untuk seorang pedagang, kepala negara, seorang anak, panglima perang dan semuanya. Ada diatur secara lengkap. Di atas semua itu saya melihat Islam itu ajaran yang damai dan indah. Ajaran Islam bisa dipakai semua orang. Itu kesan saya dan mengapa saya mau mempelajari nilai Islam untuk dikembangkan dalam konsep marketing. Saya sekarang menjadi aktivis lingkungan dan nilai-nilai. (Republika / tid )